Peran Kunci Ritel dalam Menopang Konsumsi di Tengah Kesulitan Ekonomi. Simak penjelasan berikut mengapa ekonomi di bulan Ramadhan 2025 menurun.
Ramadhan sedang berlangsung dan lebaran 2025 akan segera tiba, periode yang biasanya ditandai peningkatan signifikan konsumsi masyarakat dibanding hari biasa. Meski ekonomi sedang menghadapi tekanan, pelaku usaha ritel optimis menargetkan penjualan hingga Rp75 triliun selama periode tersebut. Target ini didukung sejumlah program strategis, seperti:
Pada Ramadhan 2024, konsumsi rumah tangga di kuartal I tumbuh 4,91% (yoy), dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 54,93%. Sektor transportasi, restoran, dan hotel menjadi penyumbang utama. Penjualan eceran Maret 2024 melonjak (IPR 235,4; +9,3% yoy), terutama di kategori sandang (+20,6%), suku cadang (+17,3%), dan makanan/minuman (+10,4%). Namun, pertumbuhan ini lebih rendah dibanding kuartal II 2023 (5,32% yoy), menunjukkan perlambatan tren.
Inflasi Rendah dan Deflasi: Inflasi tahunan Januari 2025 hanya 0,76% (yoy), sementara deflasi bulanan mencapai -0,76% (mtm) akibat diskon listrik 50% untuk rumah tangga berdaya 450-2.200 VA.
PHK Masif: Sepanjang 2024, 77.965 pekerja kehilangan pekerjaan, dan pada Januari 2025, tambahan 4.050 orang terdampak PHK (data KSPN). Hal ini memperburuk daya beli kelompok rentan.
Meski PHK berpotensi mengurangi pengeluaran, mudik tetap menjadi prioritas. Piter mencatat, pekerja yang terkena PHK mungkin pulang kampung lebih awal untuk mencari peluang baru, tetapi belanja mereka diprediksi lebih hemat